Senin, 05 Agustus 2013

Ada Yang Salah?!

Kemarin saya dan keluarga datang ke salah satu rumah teman suami. Kami diundang untuk berbuka puasa dirumahnya.
Di sela-sela waktu menunggu saat waktu berbuka tiba, berbagai macam tingkah polah yang anak-anak lakukan termasuk anakku Wafi.
Wafi memang sangat aktif dan selalu ingin tahu akan hal-hal yanv berada disekitarnya. Salah satunya ketika itu ialah botol yang berisi penuh sirup berwarna merah.
Ia pun menghampiri boto itu dan mulai memegangnya sebelum kemudian ia mengangkat botol itu ibarat seorang binaragawan yang sedang mengangkat beban besi.
Adzan Maghrib pun berkumandang, tibalah saatnya waktu berbuka puasa. Yang gembira menantikan waktu berbuka bukan hanya para orangtua saja, anak-anak pun tak kalah antusiasnya karena mereka ingin ikut serta mengacak-acak hidangan yang tersaji.
Jam sudah menunjukkan masuknya waktu shalat Isya'. Diselah-selah waktu makan, aku dan para istri pun berbincang-bincang. Hingga sampailah pembicaraan kearah dunia kerja. Salah satu istri teman suami "nyeletuk" dengan nada santai.
"Ih.. Icha, gue kalo jadi elu mah ogah dirumah. Gue mendingan kerja, punya duit sendiri. Lagian sayang tuh sarjana lu, mau ngapain kuliah kalo gak kerja..?"
Dan bla-bla-bla.
Masih banyak lagi pertanyaan yang mengalir dari mulut mereka. Hingga tiba saatnya saya menjawab.
"Iya, mungkin enak kalo kerja. Tapi suami saya bilang, anak kami masih kecil dan gak mungkin di tinggal sama orang lain. Jadi saya nurut aja dengan apa yg suami saya katakan."
Jawab saya sambil tersenyum.
Sepulang dari acara tersebut, saya menjadi bertanya-tanya. Apa ada yang salah, jika seorang ibu rumah tangga berstatus pendidikan tinggi? Apa seharusnya seorang ibu rumah tangga yang tak bekerja hanya boleh berstatus pendidikan menengah?
Menjadi SAHM atau WM bagi saya bukanlah sebuah keinginan. Tapi merupakan sebuah pilihan hidup yang punya pertimbangan dan tentunya masing-masing pilihan tersebut memiliki sebuah resiko.
Menurut saya pribadi, apapun pilihan yang hendak dijalani baiknya tidak menilai sisi seseorang dengan satu sudut pandang saja.
Tidak bisa kita menilai sesuatu tanpa tahu apa alasan dan resiko yang ada dibaliknya.
Hmmm...
Cukuplah rasa syukur saya kepada Sang Pencipta dengan kebahagiaan yang saya rasakan saat ini. Tanpa ada tanda tanya "mengapa".
°______^