Selasa, 01 April 2014

Judulnya "Ibu" Saja

Hari ini, Sabtu 22 Maret 2014


Sabtu ini saya ada kegiatan diluar rumah, yaitu mengikuti Workshop Sewing By Brother Mesin. Di acara ini peserta diberikan ilmu menjahit membuat makeup Pouch dan Tote Bag. Acara ini dilaksanakan dalam ruang meeting Brother Mesin Jahit di Wisma BNI 46 Sudirman. Otomatis saya gak bisa bawa jagoan cilik yg selama ini selalu saya bawa kemana-mana. Padahal kali kedua ini saya meninggalkannya dirumah bersama Neneknya, tapi entah kenapa perasaan saya begitu sedih dan menjadi sangat melow sekali. Mengapa begitu? Ya, karna sepanjang perjalanan mulai dari nunggu bis patas AC 76 ngetem sampai jalan raya Fatmawati air mata saya tak berhenti mengalir.

Saya pun heran dan bertanya-tanya dalam hati. Kenapa jadi gini perasaan saya? Semakin saya mengingat raut wajahnya dan tingkahnya yang superrr bisa mengasah sabar beberapa waktu ini makin bikin air mata saya deras terjun bebas dari pelupuk mata. Semakin terisak saya semakin merasa begitu tak berilmunya saya dalam mendidik anak. Karena ternyata benar, sebenarnya anak itu guru yang mempunyai segudang misteri. Hanya diperlukan "sedikit" kesabaran dan selalu berpikir positif tentang apa yang anak "berikan" dengan ekspresinya itu akan benar-benar menjadi nikmat tak terkira saat kita perlu mengkoreksi diri kita sebagai seorang Ibu.

Duuuuh, ini bis backsoundnya lagu Nike Ardila pula yang judulnya Mama Oh Mama. Makin mrebes aja deh ini air mata (gak tau deh ibu2 disebelah saya sadar apa gak kalau saya konser.. eh nangis). Perasaan melow ini menimbulkan percakapan dalam batin saya.

Saya takjub dengan Ibu yang berkarir diluar rumah (bukan berarti saya gak bangga lho ya sama yang gak kerja diluar rumah). Terlepas dari apapun alasan mereka untuk bekerja, apa lagi masih bisa bikin masakan untuk anak tercinta dan suami, menyempatkan telpon ke rumah hingga selalu menyediakan waktu untuk menjemput anak sekolah atau sekedar makan siang dirumah. Bagi saya mereka hebat! Sungguuh sangat hebat! Hebatnya mereka dimata saya adalah perjuangan mereka menata hati saat harus berpisah (sementara) dengan anak tercinta. Hebat mereka dalam membagi waktu antara tugas kantornya dengan tugas "Negara" (tugas dirumah). Teruslah berkarir wahai Ibu, yakinlah bahwa anakmu akan bangga dan mengerti semua yang engkau lakukan. Tak usah dengar apa kata nyanyian burung diluar jendela, biarlah suara itu bersiul dalam sangkarnya. :)

Buat yang "dirumah" saja (seperti saya ini :D) janganlah lelah mendengar suara teriakan-teriakan mungil yang tak ada jeda itu, dengan setumpuk pekerjaan rumah yang tak akan selesai tanpa "belaian" tangan mu, melihat warna-warni setiap dinding rumah seperti pelangi dan banyak lagi "nyanyian" yang akan mengiringi.

Buat saya kita semua sama, judulnya Ibu saja. Tanpa ada "embel" yang mematenkan dibelakangnya, Ibu tetaplah wanita. Dan wanita itu terlahir dengan hati yang lebih mulia. Jadi, jangan pudarkan kemuliaan itu dengan menjadi orang yang gampang menilai. Bijaklah dan berbesar hatilah apapun "tugas" yang diemban.

"Untuk anak ku. Apabila suatu saat Ibu mu ini berkarya diluar rumah, jadilah engkau anak yang selalu bangga dan mengerti akan perjuangan apa yang aku lakukan. Dan percayalah bahwa aku ingin melihat mu selalu bahagia. Namun jika suatu saat Ibu hanya bisa menemani mu dirumah saja, jangan pula engkau malu. Bukan karena Ibu mu tak beruntung, tapi yakinlah kalau hanya itu yang Ibu punya. Teruslah tumbuh dan berkembang Nak, perjuangan Ibu tak akan berhenti sampai kau mampu bilang cukup".

*tulisan ini saya tulis mengikuti kata hati yang memang sedang biru diatas patas AC yang biru juga (hehehe). Tak ada maksud mengecilkan siapa pun atau profesi apa pun. Jujur, ini bahan refleksi saya pribadi yang masih sangat sangat harus banyak belajar :)